Thursday, 30 January 2014

30-1-1948: Pembunuhan Mahatma Gandhi




Dia ditembak seorang fanatik yang menentang doktrin anti kekerasan
VIVAnews - Pada 66 tahun yang lalu, pemimpin politik dan spiritual gerakan kemerdekaan India, Mohandas Karamchand Gandhi (Mahatma Gandhi), menjadi korban pembunuhan. Gandhi tewas ditembak di New Delhi oleh seorang pengikut nasionalis Hindu garis keras.
Gandhi ditembak dari jarak dekat saat berjalan menuju panggung untuk menghadiri suatu acara doa bersama. Pembunuhnya adalah Nathuram Godse, simpatisan kelompok ekstrem Hindu Mahasabha, ungkap David Hardiman dalam bukunya, "Gandhi in His Time and Ours: The Global Legacy of His Ideas."

Godse rupanya tidak senang dengan sikap moderat Gandhi, yang mendukung berpisahnya Pakistan dari India sekaligus memperjuangkan doktrin anti kekerasan. Bersama dengan seorang rekannya yang bersekongkol, Godse akhirnya diadili dan dihukum mati pada 1949.

Rakyat India merasa terpukul atas kematian Gandhi. "Pemimpin kita yang tercinta, Bapu, demikian kita memanggilnya, bapak bangsa ini telah tiada," demikian pengumuman Jawaharlal Nehru, perdana menteri pertama India, seperti dikutip Jagdishchandra Jain dalam buku "Gandhi, The Forgotten Mahatma."
Lautan massa di New Delhi menyaksikan proses kremasi Gandhi di New Delhi pada 6 Februari 1948. Abunya lalu disimpan di sejumlah guci untuk disebar ke beberapa tempat khusus.
Lahir pada 1869, Gandhi merupakan putra seorang pejabat pemerintah India. Ibunda Gandhi sejak awal mendekatkan putranya pada ajaran Jainisme, agama di India mengenai moral dan antikekerasan. Semasa sekolah, dia bukan murid yang menonjol.

Namun pada 1888, Gandhi mendapat kesempatan untuk belajar mengenai hukum di Inggris. Kembali ke India, dia gagal menemukan pekerjaan, lalu menerima pekerjaan kontrak satu tahun di Afrika Selatan.

Laman The History Channel mengungkapkan, Gandhi ditempatkan di Natal, di mana dia menjadi objek rasisme dan hukum Afrika Selatan yang membatasi hak-hak pekerja India. Gandhi pernah diusir dari kompartemen kelas satu kereta api dan ditendang keluar dari kereta. Sejak mengalami peristiwa itu, dia memutuskan untuk memerangi ketidakadilan dan membela hak-haknya sebagai seorang India dan seorang manusia.

Di Afrika Selatan, Gandhi mulai berkarya dengan berkampanye memperjuangkan nasib etnis India. Pada 1914, Gandhi kembali ke India. Dia mendukung Inggris dalam Perang Dunia I, tetapi pada 1919, dia memperkenalkan "satyagraha" untuk memprotes draf militer wajib terhadap India. Ratusan ribu orang mendukung aksinya, dan pada 1920, dia menjadi pemimpin gerakan kemerdekaan India.

Dikenal sebagai Mahatma 'jiwa besar', selama hidupnya metode persuasif Gandhi mengilhami para pemimpin pergerakan hak-hak sipil di seluruh dunia, termasuk mendiang Martin Luther King Jr. di Amerika Serikat.

Sumber: http://dunia.news.viva.co.id/news/read/477363-30-1-1948--pembunuhan-mahatma-gandhi


No comments: