Sunday, 27 March 2011

Finalis Muslim 'Miss Inggris' Terima Ancaman


"Saya hanya ingin mewakili semua gadis muda, apapun etnis dan agama mereka."

VIVAnews – Shanna Bukhari, finalis 'Miss Inggris' yang berharap dapat mewakili Inggris di ajang kontes kecantikan global 'Miss Universe', mengaku mendapat kiriman e-mail bernada kebencian. Ia juga menerima pesan-pesan ancaman menakutkan. Penyebabnya karena latar belakang Shanna yang merupakan seorang gadis muslim.

Dia pun kini menyewa pengawal pribadi untuk menjamin keamanan dirinya. Shanna bahkan tidak pernah lagi bepergian seorang diri. “Memang tidak enak, tapi saya harus bijaksana,” katanya kepada The Sun.

Apapun situasi tidak mengenakkan yang harus ia terima, tegas Shanna, ia akan terus melanjutkan mimpinya menjadi gadis muslim pertama yang mewakili Inggris di 'Miss Universe'. Namun gadis berusia 25 tahun itu menyatakan akan melapor ke polisi apabila ia menerima ancaman lagi. Apalagi, ancaman itu dia rasakan menjadi lebih serius karena dikirim juga ke teman-temannya yang mendukung dia.

“Ancaman itu agak mengganggu dan cukup menakutkan. Memang beberapa di antaranya bukan ancaman yang ditujukan langsung kepada saya, tapi tetap saja menakutkan,” ia menuturkan.

Hidup dirasa Shanna begitu berubah sejak Agustus 2010 lalu, ketika ia diumumkan menjadi satu di antara 60 gadis yang lolos dan akan bertarung memperebutkan mahkota 'Miss Inggris' di Birmingham.

Shanna menjadi berita utama di India dan Pakistan. Mereka terkejut melihat gadis dengan latar belakang Asia berhasil menjadi kontestan kompetisi kecantikan di Inggris. Mereka lebih terkejut lagi karena Shanna adalah seorang muslim.

Shanna sadar fakta bahwa ia muslim menjadikan dia pusat perhatian. “Orang lain membawa-bawa soal agama. Tapi saya tidak melabeli diri saya sendiri. Saya hanya ingin mewakili semua gadis muda, apapun latar belakang etnis dan agama yang mereka miliki."

Menjadi selebriti dalam semalam membuat Shanna harus belajar beradaptasi dengan cepat. Ia menerima 300 pesan per hari lewat facebook dari seluruh dunia. “Hanya satu persen yang berisi pesan negatif, termasuk ancaman dan kebencian. Sisanya brilian, saya mendapat dukungan dari penduduk di negara lain, sebagian besar di India dan Pakistan,” ujar anak keenam dari tujuh bersaudara itu.

Sarjana sastra Inggris itu sendiri memiliki akar di Pakistan, karena keluarganya berasal dari Islamabad. Sampai saat ini, Shanna masih merasakan ikatan kuat dengan Pakistan. Ia mengunjungi negeri itu setiap dua atau tiga bulan sekali. Tapi ia mengatakan, rumahnya yang sebenarnya adalah Inggris, tempat ia dilahirkan. Shanna lahir di Blackburn dan dibesarkan di Manchester.

Terkait sejumlah ancaman yang ia terima, Shanna mencoba tenang. “Islam adalah tentang kedamaian. Mengancam saya saja adalah tindakan yang salah dalam Islam."

Shanna juga mengingatkan, Inggris terdiri dari masyarakat multikultural. “Saya tidak menghakimi siapapun, maka tidak ada orang yang punya hak untuk menghakimi saya. Kita hidup dengan cara kita masing-masing, dan Inggris bukan negara muslim." (pet)

5 comments:

Hambali said...

KIta sering mengatasnamakan Tuhan dan Agama untuk menghakimi seseorang.
Apa urusannya.
Kalo seseorang melanggar agama siapa yang harus menghukumnya? apakah ada lembaga yang diberikan mandat atau orang (kiyai, ulama atau setiap orang muslim) yang diberikan mandat oleh Tuhan?

Bulsit. Biarkan org berkreasi, biarkan Tuhan yang akan menghukumnya atau memberikan pahala baginya. Janganlah kita Manusia yg hina dan bodoh ini mengaku-ngaku jadi wakil hakim Tuhan

Nalliza said...

Seorang Muslimah kadang dilematis menghadapi serbuan budaya asing yang secara umum bisa diterima oleh masyarakat dunia.

Tapi memang fakta akhir2 ini banyak suatu golongan yang mengatasnamakan agama dan Tuhan untuk bertindak bodoh dan gegabah terhadap orang lain yg mereka anggap melakukan pelanggaran thd hukum Tuhan.

Mereka tidak sadar sedang hidup di negara yg hukumya sekuler. Mereka lupa atao pura2 lupa bahwa mereka bukan hakim, jaksa atau polisi agama. Mereka lupa Malaikatpun yang diberi mandat oleh Tuhan tidak pernah langsung menghukum orang yang melanggar agama.

Anna Malik said...

Emangnya dosanya Shanna akan berakibat terhadap muslim lainnya?
Kalo berakibat apa dasarnya. Kalo tidak berakibat bagi org lain lalu apa relevansinya kita menghukum shanna?

Sy setuju banget dg komentar Hambali dan Nazila, bahwa kita kok sukanya menganggap diri punya mandat utk mengukum org lain. Biar ajalah dosanya Shanna ditanggung sendiri. KIta hanya punya hak mengingatkan, menasehatinya. Kalo tdk mau denger nasehat kita ia biarin aja dia menanggung resiko sendiri.

Vira Sihombing said...

Aku bersimpati keadamu Shanna, lanjutkan profesimu, Tuhan maha Adil. Biarkan manusia2 yang bodoh itu mengancammu karena dia tidak akan pernah membawa keadilan. Mereka hanya sekelompok manusia pegecut dan bodoh yang akan merusak nama Islam

Arya Sosman said...

Di Negara2 Muslim/Islam yg menghukum dan yg menilai/menghakimi seseorang melanggar hukum agama itu kan NEGARA, bukan individu.
Individu hanya punya hak menilai lalu memberi saran dan kritik, bukan menghakimi. Kalau semua individu atau lembaga memiliki hak menghakimi seseorang maka akan terjadi kekacauan, ketakutan dan kebodohan.
Disinilah peran Negara sebagai mandataris rakyat yg diberi wewenang berdasarkan kontrak sosial (politik) antara penguasa dg rakyat.