Wednesday 23 September 2009

Problema Penyatuan Awal Bulan Terpecahkan

Makassar -Umat Islam, khusunya di tanah air, patut bersyukur karena Idul Fitri 1430 H tahun ini dirayakan secara serempak. Apakah ini merupakan indikasi bahwa salah satu problema pokok umat Islam selama ini terpecahkan?

Tulisan ini mengulas latar belakang masalah penyatuan awal bulan dan uraian singkat solusinya dari perspektif Al Quran dan sains.

Mengawali dari Definisi

Sebenarnya tidak ada perbedaan pendapat tentang landasan penetapan awal ramadan dan Idul Fitri yaitu , "Berpuasalah karena melihat hilal dan berbukalah (berlebaran) karena melihat hilal. Bila tidak terlihat hilal, sempurnakanlah bilangan Sya'ban atau Ramadan hingga tiga puluh," (HR. Muslim).

Masalah timbul karena kekeliruan pemahaman, yaitu anggapan bahwa hilal adalah bulan, padahal bukan. Hilal yang bentuknya menyerupai sabit di ufuk barat saat matahari terbenam pada setiap awal bulan adalah kenampakan bulan. Jadi, bukan 'bulannya'. Hilal itu, fenomena cahaya, refleksi sinar matahari oleh bulan. Eksitensi hilal bergantung pada ada tidaknya cahaya, sedangkan bulan tidak. Hilal sesuatu yang menempel pada bulan.

Hilal adalah salah satu fase bulan (moon phase), yaitu fase terkecil. Fase bulan membawa banyak informasi, selain sebagai tanda waktu juga memuat informasi letak matahari setelah terbenam. Mengamati fase bulan, kita dapat membayangkan letak planet bumi di jagad raya. Fase bulan juga dapat berfungsi sebagai penunjuk arah, termasuk arah kiblat.

Kekeliruan memaknai hilal dari hadis di atas menjadi akar perbedaan selama ini. Secara astronomis, penentuan posisi bulan dengat tepat memang dimungkinkan. Itu sebabnya sebagian umat Islam percaya pada perhitungan (hisab), Patut dipahami, faktor ini tidak cukup (insufficient) sebab posisi bulan hanya salah satu variabel kenampakan hilal. Variabel lain yaitu sudut elongasi bulan-matahari dan usia bulan setelah konjungsi (ijtimak) tetap harus diperhitungkan.

Sesungguhnya Al Quran memberi definisi akurat tentang hilal, yaitu dalam ayat berikut:"Mereka bertanya kepadamu tentang hilal. Katakanlah hilal itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan ibadah haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakngnya. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung," (QS 2:189).

Definisi fungsional ini menyebut hilal sebagai tanda waktu. Hal ini jelas sebab hilal muncul sekali sebulan. Logika umum, yang disebut tanda biasanya ada gambar berupa lambang. Dengan kata lain ada kenampakan (visibility).

Kuantisasi kenampakan hilal yang hanya memperhitungkan posisi jelas tidak memadai (inadequate), terlebih jika kategorinya ekstrem misalnya menganggap kelahiran bulan baru adalah kapan saja setelah konjungsi. Akumulasi pengamatan sejauh ini mengungkapkan bahwa hilal dapat teramati (visible) jika posisi bulan berada pada kisaran minimal dua derajat di atas ufuk saat Magrib

Aspek lain yang patut dicermati adalah letak ayat ini serumpun dengat ayat-ayat puasa. Ini mengisyaratkan bahwa hilal memang tidak terpisahkan dengan penentuan awal bulan (Ramadan) sekaligus Ied Alfitri sebagaimana juga ditekankan oleh Nabi melalui hadis di atas.

Penekanan agar tidak keliru mendefinisikan hilal masih berlanjut pada bagian berikutnya yaitu: "Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung."

Sepintas, bagian ayat ini seolah keluar dari konteks sebab tidak terkait langsung dengan topik utama, yaitu hilal. Gaya bahasa Al Quran memang sangat indah, tinggi sekaligus diperuntukkan bagi kaum yang suka berfikir (ulil albab). Secara umum, bagian ini mengandung pesan bahwa dalam membahas sesuatu harus dari 'pintu masuknya'. Bukankah definisi merupakan awal dari perbincangan tentang ilmu? Allah SWT mengajari Adam AS tentang nama-nama juga terkait langsung dengan definisi.

Dari Definisi ke Jalan Tengah, ke Jalan Syariah

Akar perbedaan penentuan awal bulan, termasuk Ied Alfitri bukan karena perbedaan metode, tapi perbedaan menetapkan definisi. Rukyat adalah pengamatan (observasi) sedangkan hisab adalah perhitungan. Metodologi berbeda tidak masalah jika dipakai di atas definisi yang sama. Rukyat dan hisab bukan hal yang bertentangan.

Ada upaya kuantisasi hilal yang secara ilmiah cukup representatif yaitu yang disebut 'Imkan Arrukyat'. Visibilitas hilal melalui cara ini memperhitungkan faktor tambahan selain posisi. Metoda gabungan ini merupakan solusi jika definisi hilal yang benar dipakai.

Meskipun demikian, karena fenomena hilal tidak bersifat deterministik melainkan stokastik bahkan bersifat kuantum, maka tetap diperlukan observasi. Observasi sebagai keharusan syariah adalah unsur utama metoda ilmiah. Ilmu pengetahuan berkembang melalui jalinan erat antara teori dan observasi.

Jalan tengah cukup memadai untuk menghindari hari raya ganda, namun solusi akhir adalah kembali ke syariah, yaitu rukyat.

Perhitungan dapat saja dilakukan, tetapi bukan keharusan sebab posisi kemunculan hilal di ufuk barat sudah dapat diprediksi melalui pengamatan bulan saat terbit di ufuk timur pada beberapa hari menjelang akhir bulan. Tindak lanjutnya, pemerintah perlu mewadahi pembangunan station pengamatan hilal di tempat-tempat strategis, dan ini tidak sulit. Jumlah station yang tersebar dari utara ke selatan pada satu koordinat garis bujur harus memadai.

Begitu hilal teramati di suatu station, maka harus di informasikan ke station wilayah Barat, bukan wilayah Timur. Dalam analogi, pesan seolah berbunyi "Kereta sudah berangkat dari station A, Insya Allah akan tiba di station B satu jam kemudian."

Dengan demikian, masalah perbadaan penetapan awal bulan terpecahkan. Implementasi di lapangan tinggal selangkah, yaitu kesiapan membuka diri. Jika tidak, hari raya ganda akan tetap langgeng padahal kita semua merindukan satu hari raya.

*)Tasrief Surungan adalah Lektor Kepala Jurusan Fisika Universitas Hasanuddin, Makassar.
email: tasrief@gmail.com
Komplek Unhas TML Blok P7
Makassar, 90245

Sumber: http://ramadan.detik.com/read/2009/09/20/103230/1207203/631/problema-penyatuan-awal-bulan-terpecahkan

No comments: