Thursday 3 May 2012

Tulisan Dahlan Iskan tentang alm.Widjajono Partowidagdo (Wakil Menteri ESDM)


Prof. Widjajono Partowidagdo, Ph.D

VIVAnews - Saya terkesan dengan logika berpikir Prof. Widjajono Partowidagdo, Wakil Menteri ESDM yang baru saja meninggal dunia di pendakiannya ke Gunung Tambora Nusa Tenggara Barat, Sabtu lalu: kurangi pemakaian bahan bakar minyak (BBM).

Kalau sudah tahu bahwa produksi minyak kita terus menurun, kemampuan kita membangun kilang juga terbatas, dan pertambahan kendaraan tidak bisa dicegah, mengapa kita terus mempertahankan pemakaian BBM?

Almarhum sering sekali mengajak saya berbicara soal itu. Almarhum merasa perdebatan soal BBM yang riuh-rendah selama ini sangat tidak mendasar. Tidak menyelesaikan akar persoalan. Hanya menimbulkan huru-hara politik. Saya sangat setuju dengan konsep almarhum untuk semakin beralih ke gas. Hanya saja memang diperlukan upaya yang ekstra keras untuk mengalihkan kebiasaan menggunakan BBM ke bahan bakar gas (BBG).

Almarhum juga sangat setuju mobil listrik nasional diperjuangkan. Bahkan almarhum mengatakan BBM harus dikeroyok ramai-ramai dari segala jurusan. Terutama dari jurusan gas dan dari jurusan listrik. Tanpa usaha yang keras dari dua jurusan itu akan terus timbul kesan di masyarakat bahwa pemerintah, khususnya Pertamina, sengaja lebih menyukai impor BBM.

Pertamina dikesankan lebih senang impor BBM karena bisa menjadi objek korupsi dan kolusi. Istilah mafia impor BBM begitu gencarnya ditudingkan–entah seperti apa wujud mafia itu.
Seserius-seriusnya Pertamina berupaya memberantas korupsi, tuduhan itu akan terus berlangsung. Apalagi, kenyataannya, impor BBM-nya memang terus meningkat.

Tidak mungkinkah kita berhenti impor BBM? Tentu saja bisa. Tapi syaratnya berat sekali: kita harus memiliki kilang yang cukup. Minyak mentah itu baru bisa jadi BBM kalau sudah diolah di kilang. Kebutuhan BBM kita sekarang ini sekitar 50 juta kiloliter/tahun. Sedang kilang kita sendiri hanya bisa memproduksi BBM kurang dari separonya.

Kalau kita menghendaki tidak mau impor BBM lagi, kita harus membangun kilang baru sebanyak dan sebesar yang telah ada sekarang. Saat ini kita punya tujuh kilang minyak: Pangkalan Brandan, Dumai, Musi, Cilacap, Balikpapan, Kasim, dan Balongan. Total kapasitas produksi BBM-nya kurang dari 25 juta kiloliter/tahun.

Di sinilah pokok persoalannya. Mampukah kita membangun sekaligus kilang-kilang baru sebanyak kekurangannya itu?
Sejak 15 tahun lalu, kita memang tidak pernah punya kemampuan membangun kilang baru. Kilang terbaru kita umurnya sudah 18 tahun. Yakni kilang Balongan, Jabar, yang dibangun oleh Presiden Soeharto di tahun 1994. Presiden-presiden berikutnya tidak sempat memikirkan pembangunan kilang baru. Padahal jumlah kendaraan terus bertambah. Akibatnya impor BBM tidak bisa dihindarkan. Bahkan terus meningkat.
Baru tahun lalu Presiden SBY memutuskan membangun kilang tambahan di Cilacap. Tahun ini Presiden SBY juga sudah memutuskan membangun dua kilang lagi. Tapi Pertamina tidak mungkin membiayai pembangunan kilang-kilang itu sendirian. Sebuah kilang dengan kapasitas 300 ribu barel, memerlukan biaya investasi sampai Rp70 triliun. Bayangkan kalau harus membangun tiga kilang sekaligus.

Pertamina harus menggandeng investor. Mencari investor pun tidak mudah. Di samping biayanya sangat besar, masih ada kesulitan lain: sebuah kilang, baru bisa dibangun manakala sudah diketahui jenis minyak mentah seperti apa yang akan diproses di situ. Beda jenis minyak mentahnya, beda pula desain teknologinya.
Para pemilik minyak mentah tahu posisi strategisnya itu. Mereka bisa mendikte banyak hal: mendikte harga dan mendikte pasokan. Investor kilang yang ingin masuk ke Indonesia, misalnya, meminta berbagai syarat yang luar biasa beratnya: tanahnya seluas 600 ha harus gratis, pemerintah harus menjamin macam-macam, dan pajaknya minta dibebaskan dalam masa yang sangat panjang.

Kalau dalam masa pemerintahan Presiden SBY ini berhasil membangun tiga proyek kilang  sekaligus, tentu ini sebuah warisan yang sangat berharga. Saya sebut warisan karena bukan Presiden SBY yang akan menikmati hasilnya, tapi pemerintahan-pemerintahan berikutnya.

Dari gambaran itu, jelaslah bahwa sampai lima tahun ke depan impor BBM kita masih akan terus meningkat. Kecuali ide almarhum soal konversi ke gas itu berhasil dilakukan dan mobil listrik nasional berhasil dimassalkan. Kilang-kilang baru itu, seandainya pun berhasil dibangun, baru akan menghasilkan BBM di tahun 2018.

Kita tahu persis apa yang terjadi dalam lima tahun ke depan. Saat kilang-kilang itu nanti mulai berproduksi kebutuhan BBM sudah naik lagi entah berapa puluh juta kiloliter lagi. Berarti, impor lagi. Impor lagi.
Di sinilah Prof. Widjajono geram. Kenaikan harga BBM, menurut Beliau, seharusnya juga dilihat dari aspek pengendalian impor ini. Yang tidak menyetujui kenaikan harga BBM, menurut Beliau, pada dasarnya sama saja dengan menganjurkan impor BBM sebanyak-banyaknya!

Kalau Prof. Widjajono sering mengajak saya bicara soal konversi gas, saya sering mengajak bicara Beliau soal mobil listrik nasional. Termasuk perkembangan terakhirnya. Saya tahu konversi gas memang bisa dilakukan lebih cepat dari mobil listrik nasional. Namun kami sepakat dua-duanya harus dijalankan. Kami juga sepakat bahwa upaya ini tidak mudah, tapi pasti berhasil kalau dilakukan dengan semangat Angkatan 45.

Saya bersyukur sempat menginformasikan perkembangan terakhir mobil listrik nasional. Ribuan email dan SMS mendukung dengan gegap-gempita kehadiran mobil listrik nasional itu. Dan yang secara serius mengajukan konsep, desain, dan siap memproduksinya ada empat orang.

Saya sudah melakukan kontak intensif dengan empat orang tersebut. Saya juga sudah membuat grup email bersama di antara empat orang tersebut. Kami bisa melakukan rapat jarak-jauh membicarakan program-program ke depan. Tanggal 21 April kemarin, kami menyelenggarakan rapat sesuai dengan program semula, meskipun rapat itu berlangsung di dunia maya.

Empat orang tersebut adalah orang-orang muda yang luar biasa.
Ada nama Mario Rivaldi. Dia kelahiran Bandung, pernah kuliah di ITB, kemudian mendapat bea siswa kuliah di Jerman. Mario bahkan sudah melahirkan prototype sepeda motor listrik dan mobil listrik. Saya sudah pernah mencobanya di Cimahi. Mario sangat siap memproduksi mobil listrik nasional. Selama ujicoba itu tiga tahun terakhir, Mario bekerjasama dengan LIPI dan ITB.

Ada nama Dasep Ahmadi yang juga kelahiran Tanah Sunda. Dasep lulusan ITB (Teknik Mesin), yang kemudian sekolah di Jepang. Dasep pernah bekerja lama di industri mobil sehingga tahu persis soal permobilan. Kini Dasep mengembangkan industri mesin presisi dan memasok mesin-mesin untuk industri mobil. Dasep sangat siap melahirkan prototype mobil listrik nasional dalam dua bulan ke depan. Saat ini Dasep sedang mengerjakan mobil-mobil itu.

Ada nama Ravi Desai. Anak muda ini lahir di Gujarat, tapi sudah lama menjadi warga negara Indonesia. Dia lulusan universitas di India dan kini menekuni banyak bidang inovasi. Dia mendirikan D Innovation Center dengan fokus ke energi. Ravi juga menekuni DC dan AC drive dan sudah memasarkannya sampai ke luar negeri. Saat ini Ravi sedang mengerjakan dua contoh mobil listrik nasional dan sudah akan selesai dalam dua bulan mendatang.

Ada pula nama Danet Suryatama. Anak Pacitan ini setelah lulus ITS melanjutkan kuliah di Michigan, AS. Danet kemudian bekerja di bagian teknik pabrik mobil besar di Amerika Setikat, Chrysler, selama 10 tahun. Danet sangat siap memproduksi mobil listrik nasional. Saat ini, sambil mondar-mandir Amerika-Indonesia, Danet sedang menyelesaikan contoh mobil listrik nasional yang juga siap dikendarai dalam dua bulan ke depan.

Tentu saya bisa salah. Lantaran email yang masuk jumlahnya ribuan, mungkin saja ada nama-nama lain yang tidak kalah hebat dan siapnya namun terlewat dari mata saya. Untuk itu saya siap menerima koreksi dan nama susulan.
Kepada keempat orang itu saya juga sudah informasikan betapa besar perhatian Presiden SBY pada perencanaan mobil listrik nasional ini. Saya juga kemukakan suasana pertemuan antara Presiden SBY dan empat rektor perguruan tinggi terkemuka (ITB, UGM, UI, dan ITS) yang penuh dengan semangat.
Waktu itu para rektor menyatakan sangat mendukung kelahiran mobil listrik nasional ini dan memang sudah waktunya dilahirkan. Para rektor juga mengemukakan masing-masing perguruan tinggi mereka siap memberikan dukungan apa saja.

Sebenarnya saya ingin menghadirkan Prof. Widjajono dalam pertemuan dengan empat putra petir itu dalam waktu dekat. Tapi Prof. Widjajono lebih dulu meninggalkan kita. Meski begitu Prof., saya berjanji kepada Profesor akan tetap meng-emailkan hasil pertemuan dengan empat putra petir itu ke alamat email Anda yang pernah Anda berikan kepada saya. Saya juga berjanji akan mengirimkan foto-foto mobil listrik nasional itu nanti ke alamat email Anda.

*Dahlan Iskan, Menteri Negara BUMN

Pesan Terakhir Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih

Dr. dr. Endang Rahayu Sedianingsih

” Saya sendiri belum bisa disebut sebagai survivor kanker. Diagnose kanker paru stadium 4 baru ditegakkan 5 bulan yang lalu. Dan sampai kata sambutan ini saya tulis, saya masih berjuang untuk mengatasinya. Tetapi saya tidak bertanya “Why me ??”. Saya menganggap ini adalah salah satu anugerah dari Allah SWT. Sudah begitu banyak anugerah yang saya terima dalam hidup ini : hidup di negara yang indah, tidak dalam peperangan, diberi keluarga besar yang pandai-pandai, dengan sosial ekonomi lumayan, dianugerahi suami yang sangat sabar dan baik hati, dengan 2 putera dan 1 puteri yang alhamdulillah sehat, cerdas dan berbakti kepada orang tua. Hidup saya penuh dengan kebahagiaan. ” So …. Why not? ” Mengapa tidak, Tuhan menganugerahi saya kenker paru ? Tuhan pasti mempunyai rencanaNya, yang belum saya ketahui, tetapi saya merasa SIAP untuk menjalankannya. Insya Allah. Setidaknya saya menjalani sendiri penderitaan yang dialami pasien kanker, sehingga bisa memperjuangkan program pengendalian kanker dengan lebih baik.
Bagi rekan-rekanku sesama penderita kanker dan para survivor, mari kita berbaik sangka kepada Allah. Kita terima semua anugerahNya dengan bersyukur. Sungguh, lamanya hidup tidaklah sepenting kualitas hidup itu sendiri. Mari lakukan sebaik-baiknya apa yang bisa kita lakukan hari ini. Kita lakukan dengan sepenuh hati. Dan …. jangan lupa, nyatakan perasaan kita kepada orang-orang yang kita sayangi. Bersyukurlah, kita masih diberi kesempatan untuk itu. “
Demikian penggalan kata sambutan Menteri Kesehatan RI dr Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH bertanggal 13 April 2011, yang ditulisnya menyambut penerbitan buku ” Berdamai dengan Kanker “

Selamat Jalan Bu, Jasamu akan kami kenang salamanya!

Dunia Hukum: Pembagian Urusan (Kewenangan) Antara Pemerintah De...

Dunia Hukum: Pembagian Urusan (Kewenangan) Antara Pemerintah De...: Oleh: Boy Yendra Tamin Indonesia sebagai negara  kesatuan maka dalam negara Indonesia  tidak dikenal negara dalam negara sebagaimana lay...

Dunia Hukum: Takdir Wakil Kepala Daerah

Dunia Hukum: Takdir Wakil Kepala Daerah: Oleh : H. Sutan Zaili Asril Wartawan Senior Wakil   Kepala Daerah (wakil gubernur dan atau wakil bupati/wakil walikota) tak perlu...

Dunia Hukum: Kilasan Perkembangan Otonomi (Pemerintahan) Daerah...

Dunia Hukum: Kilasan Perkembangan Otonomi (Pemerintahan) Daerah...: O leh:Boy Yendra Tamin Dosen Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Boy Yendra Tamin Berbicara mengenai perjalanan dan perkembanga...

Dunia Hukum: Mafia Anggaran Meracuni Bangsa

Dunia Hukum: Mafia Anggaran Meracuni Bangsa: "para pelaku korupsi tak peduli dengan berbagai resiko, bahkan pada tingkat tertentu, mereka kian kreatif mencari modus baru agar terhind...

Monday 30 April 2012

Dana Partai dan Kebijakan Publik

Oleh: Muhammad Susilo

London sudah memasuki musim semi. Langit membiru -tak lagi kusam seperti di musim dingin- dan suhu udara mulai hangat.

Naiknya temperatur biasanya diikuti dengan wajah-wajah cerah warga yang berkumpul untuk sekedar minum di luar kafe atau pub di sore hari, sambil menikmati matahari menghilang di bawah cakrawala.
Namun pagi para pejabat tinggi, naiknya suhu udara ini seakan mengikuti naiknya suhu politik.
Bukan karena persoalan kenaikan harga BBM bersubsidi tentunya.
Sorotan ke pemerintah pimpinan Perdana Menteri David Cameron berawal dari berita yang diturunkan mingguan The Sunday Times.

Berita itu mengutip pernyataan bendahara Partai Konservatif, partainya PM Cameron, kepada sejumlah pengusaha bahwa sumbangan ke partai sebesar £250.000 (sekitar Rp3,6 miliar) akan diganjar dengan jamuan makan bersama PM Cameron dan menteri-menteri penting lain.
Tentunya tidak sekedar makan bersama para pejabat tinggi.

Peter Cruddas, demikian nama bendahara dan penggalang dana Partai Konservatif tersebut, mengatakan bila penyumbang tidak puas dengan kebijakan pemerintah, penyumbang bisa menyampaikannya ke PM atau menteri lain, dan nanti akan dimasukkan ke unit kebijakan di kantor PM.
Intinya, bisa ditafsirkan, dengan memberi dana £250.000 ke Partai Konservatif, penyumbang bisa mempengaruhi kebijakan publik.

The Sunday Times bisa mendapatkan informasi yang begitu terperinci karena salah seorang reporternya menyaru sebagai pengusaha yang siap menggelontorkan uang ke kas Partai Konservatif.
Begitu berita ini tercetak pada hari Minggu pagi, orang-orang pun ramai membahasnya.
Yang paling keras mengecam adalah Partai Buruh yang sekarang beroposisi.
Pemimpin Partai Buruh, Ed Miliband, mengatakan kasus ini tidak boleh dilupakan dan dianggap selesai meski Cruddas sudah mundur dan PM Cameron memerintahkan penyelidikan internal.

Pembatasan jumlah sumbangan

Miliband yang pernah menjadi menteri di era PM Gordon Brown mengatakan harus ada penyelidikan independen mengenai pendanaan Partai Konservatif dan dugaan kaitan antara dana sumbangan dan kebijakan publik.

Penyumbang dijanjikan makan bersama dengan PM Cameron.
Dalam pandangan Miliband, kasus Cruddas ini sangat serius karena terkait dengan penyusunan kebijakan publik, kebijakan yang berhubungan dengan hajat hidup orang banyak.
Para petinggi Partai Konservatif mencoba mengatasi kasus ini dengan mengatakan bahwa Cruddas 'hanya membual'.

Wakil pemimpin Partai Konservatif, Michael Fallon, mengatakan kebijakan publik tidak bisa dijual kepada para penyumbang. PM Cameron sendiri mengatakan tawaran Cruddas kepada para pengusaha jelas salah dan cara seperti ini bukan gaya Konservatif menggalang dana.

Selain soal transparansi dan etika berpolitik, yang juga mengemuka dari kasus ini adalah munculnya kembali seruan reformasi dana partai. Sempat muncul wacana agar sumbangan maksimal ke partai dibatasi maksimal £10.000 (sekitar Rp145 juta), meski PM Cameron menolaknya.

Wacana ini diusulkan untuk mengakhiri praktek kalangan tertentu yang biasa mengeluarkan sumbangan besar ke partai-partai politik. Pihak pengusul ingin agar partai yang berkuasa tidak menjual kebijakan publik ke segelintir orang.

Kebijakan publik, kata para pengusul, harus menghamba kepada kepentingan rakyat banyak, bukan ke satu dua pengusaha yang menyumbang ratusan ribu poundsterling ke kas partai yang berkuasa.

sumber: http://www.bbc.co.uk/blogs/indonesia/london/2012/03/dana-partai-dan-kebijakan-publ.html

Saturday 21 April 2012

DR.H.ZAINAL ASIKIN,SH,SH: Mataram Undercover

DR.H.ZAINAL ASIKIN,SH,SH: Mataram Undercover: MATARAM  UNDERCOVER PENELITIAN  TENTANG  PENGARUH RUMAH KOS BAGI TINDAKAN PIDANA DI KOTA MATARAM , PENGGUNAAN  NARKOBA, dan HUBUNGAN SEKS PR...

DR.H.ZAINAL ASIKIN,SH,SH: Hukum Singapura

DR.H.ZAINAL ASIKIN,SH,SH: Hukum Singapura:                                                              Sistem    Hukum Singapura                               1.   PENGANTAR ...

DR.H.ZAINAL ASIKIN,SH,SH: Resahnya Unram Karena Nazarudin

DR.H.ZAINAL ASIKIN,SH,SH: Resahnya Unram Karena Nazarudin: RESAHNYA   UNRAM KARENA   kasus   NAZARUDIN Oleh Dr.H.Zainal Asikin,SH,SU A.     Pengantar Dalam   beberapa hari terakhir ini   ...

Saturday 14 April 2012

Kisah Dari Tetangga Sebelah


3,5 juta warga Inggris tidak pernah melihat tetangganya
Pada liburan Paskah ini saya kedatangan pasangan yang tinggal di sebelah rumah kami. Kami kenal sudah sejak beberapa lama, namun baru kali ini mereka datang dan ngobrol di rumah kami sambil minum teh.

Bagi Anda di Indonesia, mungkin akan mengatakan tidak ada yang istimewa dari kunjungan tetangga ini. Bukankah tetangga harus saling kenal?

Saya tidak tahu situasi persisnya di negara-negara lain, tetapi di Inggris, survei menunjukkan 3,5 juta warga mengaku tidak pernah melihat tetangga, apalagi menemui mereka.

Terungkap juga dalam survei itu, bahwa 1,1 juta warga di Inggris lebih memilih memanggil polisi, ketika mereka merasa tidak nyaman dengan tetangga, mungkin karena suara musik yang terlalu keras, atau karena sebab-sebab lain.

Sepertinya mereka lebih suka polisi yang mengatasi masalah, daripada menemui dan meminta tetangga untuk mengecilkan suara musik.

Hasil survei ini menjadi salah satu pendukung kesimpulan bahwa warga di Inggris makin terisolasi.
Para pengamat sosial mengatakan, beberapa dekade lalu pemandangan tetangga saling bersapa dan mengobrol di pagar kebun belakang sambil menjemur pakaian adalah sesuatu yang lumrah.
Pertemuan warga

Kini, pemandangan di atas makin sulit ditemui.
Bersosial dengan tetangga dinilai makin jarang dilakukan. 
Anggota komunitas yang menggelar perayaan di jalan, biasa disebut street party, untuk menandai peristiwa tertentu seperti perkawinan kerajaan, mungkin makin kikuk ketika untuk pertama kalinya saling bertemu dan bersapa.

Di luar acara street party ini, sebenarnya masih ada semacam rapat RT di Inggris.
Di tempat saya tinggal misalnya ada acara temu warga yang digelar beberapa bulan sekali, yang digagas oleh polisi London. Dalam pertemuan ini antara lain dibahas masalah kebersihan dan keamanan lingkungan.
Kembali ke kegiatan bersosial dengan tetangga. Para pengamat mengatakan perkembangan ekonomi dan teknologi juga ikut berperan membuat warga tidak kenal dengan tetangga.

Saat ini misalnya sangat sulit ditemukan kantor pos, apalagi pompa air bersama di tengah pemukiman warga, yang berarti kesempatan untuk bertemu dan ngobrol antar warga menjadi sangat kecil.
Ikatan geografis luntur?

Supermarket besar dan kantor pos kini cenderung jauh dari pemukiman.
Aneka hiburan, baik berupa acara televisi maupun game, kini tersedia di semua rumah tangga, yang membuat orang lebih suka tinggal di dalam rumah.

Apakah ini perkembangan yang mengkhawatirkan? Mungkin. Namun ada juga yang menganggapnya sebagai perkembangan sosial yang tidak bisa dihindari.

Ada tipe orang yang senang bersosial, ada juga yang tidak, kata Martin, warga di London utara seperti dikutip koran Independent.

Juga, di era Facebook dan Twitter, warga mungkin tidak kenal betul tetangga mereka namun terkoneksi dengan ratusan bahkan ribuan orang melalui internet.
Komunitas tidak hanya diikat oleh faktor geografis, tetapi juga oleh kerja, dan media sosial di internet.
Tentunya memiliki tetangga yang baik dan ramah patut disyukuri. Kalau tidak, tentu bukan akhir dari segala-galanya.

Article:
Oleh:  Muhammad Susilo
http://www.bbc.co.uk/blogs/indonesia/london/2012/04/kisah-dari-tetangga-sebelah.html

Menteri Energi Inggris Mundur Gara-gara Ngebut


Chris Huhne
Mungkin Anda bertanya-tanya ketika membaca berita bahwa seorang menteri di Inggris mundur gara-gara ngebut. "Kan hanya ngebut. Masak dia harus meninggalkan kursi menteri. Itu kan pelanggaran kecil," begitu mungkin Anda berkomentar.
Sepertinya kecil dan sepele. Tidak serius. Tapi ternyata kasus yang menimpa Menteri Energi Inggris, Chris Huhne, tidak sekedar mengebut.
Agar jelas duduk persoalannya, izinkan saya menjelaskan latar belakang kasus ini, yang terjadi pada suatu malam di tahun2003.
Huhne, yang ketika itu anggota Parlemen Eropa yang berkantor di Strasbourg, Prancis, tiba di Stansted -satu kota di pinggiran London- dengan pesawat terbang. Dari Stansted ia mengendarai mobil ke rumahnya. Dalam perjalanan ini mobil Huhne tertangkap kamera karena melaju dengan kecepatan di atas ambang yang diperbolehkan.

Sanksi pelanggaran ini adalah denda dan pemberian poin di Surat Izin Mengemudi (SIM). Poin ini menunjukkan bahwa pemegang SIM telah melakukan pelanggaran lalu lintas. Makin berat kadarnya, makin besar poin yang dijatuhkan.
Nah, Huhne diduga meminta orang lain -belakangan diyakini istrinya sendiri ketika itu- untuk mengambil poin ini.

Anda mungkin akan beralasan tidak masalah istri mengambil poin suami dan sebaiknya media tak perlu membesar-besarkan persoalan.
Tapi, belakangan terungkap bahwa kecil kemungkinan istri Huhne di mobil tersebut ketika pelanggaran terjadi. Penelusuran koran The Guardian dan Daily Telegraph menunjukkan istri Huhne sedang menghadiri seminar dan jamuan makan malam di pusat kota London ketika Huhne diduga melakukan pelanggaran lalu lintas.

Kejujuran

Ketika dilakukan penyelidikan oleh polisi, Huhne tetap memegang klaim bahwa ia tidak mengendarai mobil tersebut.
Kasus ini kemudian dilimpahkan ke kejaksaan yang menyimpulkan hari Jumat (3/2/2012) terdapat cukup bukti untuk mendakwa Huhne telah menghalangi proses hukum.
Sebelum kejaksaan resmi mengeluarkan dakwaan, Wakil Perdana Menteri Nick Clegg mengatakan kasus Huhne bukan perkara biasa. Clegg dan Huhne berasal dari partai yang sama, Liberal Demokrat, mitra koalisi Partai Konservatif di pemerintah pimpinan Perdana Menteri David Cameron.
"Kasus Huhne adalah kasus serius kalau ia didakwa secara resmi," kata Clegg pada pekan terakhir Januari lalu.
"Kode etik menteri menyebutkan, seorang menteri tidak harus langsung mundur ketika menghadapi masalah. Namun yang perlu diketahui masyarakat adalah, kami ingin pemerintah dipandang menegakkan standar tertinggi untuk urusan kejujuran," kata Clegg.

Kata kuncinya adalah kejujuran dan dalam kasus ini Menteri Huhne diduga telah berbohong kepada aparat penegak hukum.
Wakil PM Nick Clegg mengatakan pemerintah sangat menjunjung tinggi kejujuran.

Di Inggris, sama halnya dengan banyak negara lain, integritas pribadi para pejabat publik adalah segala-galanya.
Untuk Pak Menteri Huhne, pengadilan nanti yang akan memutuskan apakah ia telah berbohong dan menghalangi proses hukum.
Untuk sementara ini, Huhne harus merelakan kursi Menteri Energi lepas dari genggamannya...



Sumber: http://www.bbc.co.uk/blogs/indonesia/london/2012/02/ngebut-dan-lepasnya-jabatan-me.html

Tuesday 10 January 2012

Rahasia "Jubah Gaib" Harry Potter Terungkap


Harry Potter

Jubah gaib Harry Potter terungkap dengan menggunakan teori relativitas Einstein

Albert Einstein dalam teori relativitas pernah mengatakan gravitasi menyebabkan waktu berjalan pelan. Para ahli fisika pun telah berusaha mengungkap teori ini untuk menjelaskan "jubah tak tampak", ala cerita di Harry Potter.

Ahli fisika melakukannya dengan berusaha memindahkan cahaya di sebuah daerah ke dalam sebuah ruangan, dan secara efektif menyembunyikan setiap objek yang ada di dalamnya.

Peneliti di Universitas Cornell pun telah memperlihatkan jubah tak tampak itu untuk pertama kalinya. Caranya, dengan perangkat yang mengaburkan sebuah objek dalam titik dan waktu tertentu dalam ruangan, dengan 'permainan' cahaya.

Ilmuwan telah menemukan cara baru menghentikan waktu secara keseluruhan. Bahkan meninggalkan waktu, juga menampilkan waktu yang dihentikan dengan membelokkan cahaya untuk menciptakan lubang dalam suatu waktu.

Dalam sebuah percobaan, para peneliti dari Universitas Cornell, Moti Fridman dan kolega, menyinari sebuah tembakan laser dengan menggunakan peralatan eksperimental ke sebuah detektor. Obyek fisik atau bahkan tembakan cahaya di jalur tembakan laser itu bisa menyebabkan perubahan yang akan tercatat di detektor tersebut.

Kemudian dengan beberapa peralatan optik canggih, Fridman dan koleganya mampu mengungkap sebuah celah waktu singkat dalam tembakan laser, yang kemudian menutup kembali, seolah balok itu menghilang, namun masih tercatat detektor.

Celah itu memungkinkan sesuatu yang telah mempengaruhi perubahan tembakan laser itu menyelinap dengan tepat, tanpa meninggalkan jejak dalam detektor.

Para peneliti lalu menggunakan jubah mengaburkan nadi optik yang biasanya berinteraksi dengan tembakan laser untuk memproduksi sebuah tanda lonjakan pada panjang gelombang tertentu. Saat waktu itu "berjubah", terlihat bahwa tanda lonjakan pada dasarnya tidak terdeteksi.

Jubah itu bergantung pada fakta perbedaan warna cahaya bergerak pada kecepatan yang berbeda melalui suatu media. Menggunakan perangkat yang mereka sebut ‘time lens’, peneliti memisahkan tembakan laser dengan warna tunggal ke dalam sebaran gelombang cahaya, kemudian memperlambat setengah panjang gelombang saat kecepatan yang lain meningkat.

Ini menciptakan celah waktu yang sangat singkat dan dapat ditutup lagi sebelum balok mencapai detektor dengan membalik proses pelensaan,  memulihkan balok dengan panjang gelombang tunggal, yang tampaknya tidak terganggu panjang gelombang.

Celah yang didapat oleh Fridman sangat kecil, hanya 50 picodetik atau 50 trilyun detik per durasi. Peneliti memberitahukan bahwa hal ini memungkinkan untuk memperpanjang celah, tapi efek hamburan dan dispersi membatasi lingkup jubah temporal selama beberapa nanodetik.

Sumber: http://teknologi.vivanews.com/news/read/278667-rahasia--jubah-gaib--harry-potter-terungkap