Friday 11 September 2009

Mempertanyakan Bangsa Indonesia (1)

Oleh: Nurcholis Madjid

INDONESIA sebetulnya adalah suatu hasil imajinasi yang kreatif dan berani karena sesungguhnya bangsa Indonesia juga tidak ada. Bangsa Indonesia yang ada sekarang ini adalah kumpulan dari bangsa-bangsa. Indonesia merupakan PBB mini dalam format kecil.
Para perintis kemerdekaan mulanya untuk mengisi kemerdekaan ini dengan rancangan konsep negara modern, sebagai akibat dari diperkenalkannya pendidikan modern oleh Belanda yang dimulai tahun 1901 dan menunjukan akibat yang tak terduga pada 1908. Pendidikan akan membuat seseorang menjadi artikulet, mampu menyatakan pikiran dan juga vokabuler. Pendidikan dengan sendirinya mempermudah komunikasi.
Untuk jangka waktu yang lama daerah Austronesia ini (meliputi Indonesia, Malaysia dan Filipina) merupakan lahan penelitian anthropologis yang paling eksotis. Daerah ini adalah yang paling banyak mengalami kesenjangan, sehingga sampai sekarang masih ada kantong-kantong yang menjadi objek anthropologi.
Terjadinya suatu bangsa karena keinginan hidup bersatu karena visi yang sama, maka Bung Karno memberikan definisi bahwa bangsa Indonesia tidak didasarkan pada konsep-konsep kesamaan ras dan agama, tapi lebih kepada kesamaan dalam pengalaman sejarah pernah dijajah Belanda.
Karena ini suatu kumpulan bangsa-bangsa maka untuk menjadi sebuah bangsa dibutuhkan komunikasi. Di sinilah peranan bahasa Indonesia yang digarap oleh mereka yang berpendidikan modern, sarjana-sarjana dari Sumatra Barat dan media massa berbahasa Melayu dengan huruf latin yang dimulai oleh masyarakat Cina untuk mendukung kegiatan dagang mereka.
Meski ada Bahasa Persatuan, tidak bisa untuk menjadi alat untuk meratakan jalan bagi terjadinya harmonisasi komunikasi sejak dari Sumatra ke Maluku. Sebab Maluku pun berbahasa Melayu. Justru di tanah Jawa tidak dikenal bahasa Melayu.
Kemudian, para pendiri negara mencari model yang dalam banyak hal mempunyai kemiripan dengan bangsa Indonesia. Lantas ditemukan Amerika. Yakni bangsa yang dimulai dari nol dan terdiri dari bangsa yang heterogen.
Pertama meniru Republik untuk mengakhiri kepolitikan kerajaan. Juga pemerintahan sistem presidensiil periodik. Saat itu belum ada sistem pemerintahan periodik di dunia ini kecuali Amerika Serikat dan kalau Indonesia berhasil maka menjadi negara kedua.
Kemudian tiruan lain adalah membuat semacam deklarasi kemerdekaan yang disebut Piagam Jakarta dan kemudian menjadi Teks Proklamasi. Sekarang dicantumkan sebagai mukadimah UUD 1945. (bersambung)

sumber:www.astaga.com

No comments: