Thursday 11 August 2011

Kisah Kerang Mutiara dan Kerang Rebus

Kisah si anak kerang yang membalut pasir penderitaan menjadi mutiara kemuliaan


Ketika saya duduk sendirian, Ayah saya datang menghampiri dan menceritakan kisah kerang muda:

Pada suatu petang, di dalam lautan seekor anak kerang yang masih muda belia mencari makan dengan membuka penutup badannya (cangkangnya), ketika itu pasir masuk ke dalam tubuhnya. Sang kerang menangis, "Bunda sakit bunda...sakit...ada pasir masuk ke dalam tubuhku.

Sang Ibu menjawab, "Sabarlah anakku, Tuhan tidak memberikan kita alat untuk mengeluarkan pasir itu bahkan cara untuk menghilangkan rasa sakitnya sekalipun. Karena itu jangan kau rasakan sakit itu, bila perlu berikan kebaikan kepada sang pasir yang telah menyakitimu.

Tapi kerang yang masih muda itupun terus menangis karena tak tahan dengan rasa sakit, namun karena tidak ada jalan lain ia berusaha menjalankan nasehat bundanya dengan menggunakan air matanya membungkus pasir yang masuk ke dalam tubuhnya. Sekalipun sakit cara itu terus menerus setiap hari ia lakukan, dan secara berangsur-angsur rasa sakit itupun berkurang dan bahkan akhirnya hilang.

Ajaibnya tanpa disadarinya, sebutir mutiara mulai terbentuk di dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Kian lama kian bulat. Dan rasa sakit pun semakin berkurang. Mutiara semakin menjadi. Kini, bahkan rasa sakitnya pun terasa biasa. Dan ketika masanya tiba, sebutir mutiara besar, utuh, dan mengkilat akhirnya terbentuk sempurna.
Si anak kerang berhasil mengubah pasir menjadi mutiara. Deritanya berubah menjadi mahkota kemuliaan. Air matanya menjadi harta yang sangat berharga. Dirinya sekarang, sebagai bentukan nestapa, lebih berharga daripada sejuta kerang lainnya yang cuma disantap orang di bawah naungan tenda-tenda di pinggir jalan yang bertuliskan ” Sedia Kerang Rebus”. Kristal kekecewaannya kini telah menjadi perhiasan mahal dan bergengsi tinggi di leher-leher indah para perempuan kaya yang menambah kejelitaan mereka.

Ketika kerang itu dipanen dan kemudian dijual, maka kerang yang berisi sebutir pasir itu harganya mahal. Sementara kerang yang tak pernah merasakan sakitnya pasir dalam tubuhnya, ia menjadi kerang rebus yang dijual murah bahkan di obral di pinggir-pinggir jalan.

Setelah menarik napas panjang, ayah saya melanjutkan, "Kalau kamu tidak pernah mendapat cobaan dan merasakan rasa sakit, maka kamu akan menjadi kerang rebus atau orang murahan. Tapi kalau kamu mampu menghadapi cobaan, bahkan mampu memberikan manfaat kepada orang lain ketika kamu sedang mendapat cobaan, maka kamu akan menjadi mutiara."

"Anakku..., kerang rebus dijual obral di pinggir jalan sementara mutiara dijual mahal, diletakkan di tempat terhormat dan dikenakan oleh orang-orang yang terhormat. Hidup adalah pilihan wahai anakku... kamu bisa memilih hendak menjadi kerang mutiara atau kerang rebus, semua terserah kamu."

Ayah saya kemudian bertanya, "Kamu memilih menjadi apa, nak?" Maka, segera saya jawab, "Saya ingin menjadi kerang mutiara pak!"


Sumber: dari beberapa sumber, diolah

No comments: