Sunday 14 August 2011

Kasus Nazarudin Yang Fenomenal (Bag 1)




Nazarudin adalah manusia biasa seperti kita-kita ini hanya saja dia kebetulan pengurus teras Partai politik terbesar di tanah air ini. Di samping itu ia juga seorang anggota DPR-RI, pejabat negara. Di luar itu ia juga mengasuh banyak perusahaan. Kedudukan strategis itulah yang membuatnya leluasa mendapatkan pekerjaan alias proyek yang dibiayai oleh Negara (APBN) dengan nilai triliyunan rupiah. Maka ia menjelma menjadi orang muda yang sangat kaya.

Orang mengatakan uang itu tuhan, entah tuhan yang keberapa, yang pasti uang menjadikan orang bisa melakukan apa saja, bahkan di negeri Indonesia yang rakyatnya memegang teguh nilai agama.

Nazarudin juga menghambur-hamburkan uang upeti buat para penguasa, ada yang menolak, seperti sekjen Mahkamah Konstitusi yang kemudian diumumkan langsung oleh Mahfud MD di Istana Negara bersama Presiden SBY. Kasus ini menjadi heboh dalam waktu yang lama. Tak lama setelah itu kejahatan Nazarudin terendus oleh KPK di kantor Menpora, ketika ia terendus mengirimkan uang terlarang ke Sekjen Menpora. Kasus inilah yang kemudian membuatnya melarikan diri ke luar negeri, mulai dari Singapura, Kambodja dan lain-lain dan yang terakhir ia ditangkap oleh Polisi di sebuah kota Negara Columbia. Ternyata dia bebas keluar masuk antar Negara berkat paspor palsu. Dia menggunakan Paspor saudara sepupunya yang wajahnya mirip.

Selama pelarian atau persembunyiannya itu di dalam negeri tiada hari tanpa head line di media-media bahkan menjadi gunjingan masyarakat sehari-harinya. Popularitas beritanya bukan karena pribadi sang tokoh tapi karena kejahatannya itu membawa-bawa nama orang besar di negeri ini. Sebut saja Menpora Alfian Andi Malarangeng, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbainingrum, Anggota DPR Angelia Sondakh, Chandra Hamsyah salah satu Ketua KPK dan lain-lain.

Bayangkan jika benar Andi Malarangeng, Anas Urbainingrum, Chandra Hamsyah dll itu terlibat, apa kata dunia. Sekalipun mereka telah melakukan klarifikasi /bantahan berulang-ulang namun ucapan Nazarudin nampaknya lebih dipercayai oleh masyarakat sampai benar-benar dibuktikan di depan pengadilan.

Mula-mula Nazarudin membuka borok para koleganya itu dari luar negeri melalui twitter, blog dan BBM yang ia kirimkan ke beberapa media masa terkenal kemudian ia melakukan wawancara dengan cara tele conference menggunakan telepon selulernya.
Baik isi BBM maupun hasil wawancaranya disiarkan hampir setiap hari selama berbulan-bulan oleh media, terutama Metro TV dan TVONE. Tak ayal sebagian masyarakat menganggap cara-cara televisi menyiarkan itu bermuatan politik untuk kepentingan Pemilu 2014 nanti. Orangpun mengait-ngaitkan Surya Paloh dan Abu Rizal Bakri, karena mereka masing-masing sebagai pemilik Metro TV dan TVONE, sebagai orang yang sengaja memblow up kasus ini secara tidak proporsional.

Di pihak lain sebagian masyarakat juga berterima kasih kepada kedua televisi itu. Karena ada kecurigaan kasus Nazarudin akan direkayasa sedemikian rupa sehingga akan bernasib sama dengan kasus Gayus yang nyata-nyata mengorup uang Negara demikian besar namun di pengadilan dia hanya diberikan tuduhan ringan. Jadi peranan media masa, khususnya Metro dan TVONE didorong dan diharapkan secara terus menerus mengawal proses penanganan kasus tersebut hingga Nazarudin tidak berubah menjadi Gayus. (bersambung)

No comments: