Saturday 14 April 2012

Kisah Dari Tetangga Sebelah


3,5 juta warga Inggris tidak pernah melihat tetangganya
Pada liburan Paskah ini saya kedatangan pasangan yang tinggal di sebelah rumah kami. Kami kenal sudah sejak beberapa lama, namun baru kali ini mereka datang dan ngobrol di rumah kami sambil minum teh.

Bagi Anda di Indonesia, mungkin akan mengatakan tidak ada yang istimewa dari kunjungan tetangga ini. Bukankah tetangga harus saling kenal?

Saya tidak tahu situasi persisnya di negara-negara lain, tetapi di Inggris, survei menunjukkan 3,5 juta warga mengaku tidak pernah melihat tetangga, apalagi menemui mereka.

Terungkap juga dalam survei itu, bahwa 1,1 juta warga di Inggris lebih memilih memanggil polisi, ketika mereka merasa tidak nyaman dengan tetangga, mungkin karena suara musik yang terlalu keras, atau karena sebab-sebab lain.

Sepertinya mereka lebih suka polisi yang mengatasi masalah, daripada menemui dan meminta tetangga untuk mengecilkan suara musik.

Hasil survei ini menjadi salah satu pendukung kesimpulan bahwa warga di Inggris makin terisolasi.
Para pengamat sosial mengatakan, beberapa dekade lalu pemandangan tetangga saling bersapa dan mengobrol di pagar kebun belakang sambil menjemur pakaian adalah sesuatu yang lumrah.
Pertemuan warga

Kini, pemandangan di atas makin sulit ditemui.
Bersosial dengan tetangga dinilai makin jarang dilakukan. 
Anggota komunitas yang menggelar perayaan di jalan, biasa disebut street party, untuk menandai peristiwa tertentu seperti perkawinan kerajaan, mungkin makin kikuk ketika untuk pertama kalinya saling bertemu dan bersapa.

Di luar acara street party ini, sebenarnya masih ada semacam rapat RT di Inggris.
Di tempat saya tinggal misalnya ada acara temu warga yang digelar beberapa bulan sekali, yang digagas oleh polisi London. Dalam pertemuan ini antara lain dibahas masalah kebersihan dan keamanan lingkungan.
Kembali ke kegiatan bersosial dengan tetangga. Para pengamat mengatakan perkembangan ekonomi dan teknologi juga ikut berperan membuat warga tidak kenal dengan tetangga.

Saat ini misalnya sangat sulit ditemukan kantor pos, apalagi pompa air bersama di tengah pemukiman warga, yang berarti kesempatan untuk bertemu dan ngobrol antar warga menjadi sangat kecil.
Ikatan geografis luntur?

Supermarket besar dan kantor pos kini cenderung jauh dari pemukiman.
Aneka hiburan, baik berupa acara televisi maupun game, kini tersedia di semua rumah tangga, yang membuat orang lebih suka tinggal di dalam rumah.

Apakah ini perkembangan yang mengkhawatirkan? Mungkin. Namun ada juga yang menganggapnya sebagai perkembangan sosial yang tidak bisa dihindari.

Ada tipe orang yang senang bersosial, ada juga yang tidak, kata Martin, warga di London utara seperti dikutip koran Independent.

Juga, di era Facebook dan Twitter, warga mungkin tidak kenal betul tetangga mereka namun terkoneksi dengan ratusan bahkan ribuan orang melalui internet.
Komunitas tidak hanya diikat oleh faktor geografis, tetapi juga oleh kerja, dan media sosial di internet.
Tentunya memiliki tetangga yang baik dan ramah patut disyukuri. Kalau tidak, tentu bukan akhir dari segala-galanya.

Article:
Oleh:  Muhammad Susilo
http://www.bbc.co.uk/blogs/indonesia/london/2012/04/kisah-dari-tetangga-sebelah.html

No comments: