Friday, 18 September 2009

Teologi Kemiskinan

Oleh: K.H. Badaruddin Hsubky (diedit)

Kita sudah sepakat untuk mengejar ketertinggalan di segala bidang, terutama mengentaskan kemiskinan. Salah satu alternatifnya adalah dengan mengubah nasib. Artinya, membuat proses pengalihan dari satu keadaan ke keadaan lain yang lebih baik, dari miskin ke sejahtera, dari kufur kepada iman, dan seterusnya.

Tetapi benarkah kemiskinan dapat diatasi? Mari kita melihat dulu tipologi kemiskinan secara teologis. Jika dilihat dari ajaran qadha' dan qadar, maka ada dua tipe kemiskinan.

Pertama, kemiskinan ikhtiary, Allah SWT berfirman, Manfaat bagi manusia karena kasab (pendapatan/pekerjaan yang baik)-nya dan mudarat bagi manusia karena tasab (pendapatan/pekerjaan yang buruk)-nya (QS 2:286)

Kemiskinan tipe ini antara lain disebabkan oleh dua hal:
  1. Akibat sistem (struktur) yang timpang, yaitu disebabkan antagonisme oleh sebagian kelompok mapan. Cara untuk mengentaskan kemiskinan yang ini adalah mengubah sistem yang timpang tadi, karena hanya merekalah yang berkepentingan mengubahnya secara obyektif.
  2. Akibat berbuat yang tidak rasional malas, tidak ada etos kerja, cepat merasa puas, tidak terampil, dan seterusnya. Cara mengentaskan kemiskinan macam ini adalah dengan mengubah sifat pribadi yang negatif dengan sifat-sifat yang positif, konstruktif dan produktif, sehingga menjadi orang mapan dan sejahtera.
Harus ditumbuhkan pula cara berpikir rasional, kerja keras, terampil, dan ber-iptek. Strateginya adalah dengan memberikan pendidikan dan pelatihan.

Jika semua hal tadi tidak segera ditangani, maka teori mengentaskan kemiskinan yang sudah dipopulerkan akan menghasut orang miskin untuk berbuat harakiri. Berikanlah modal yang produktif agar mampu berinisiatif dan kreatif di masa yang akan datang yang lebih kondusif.

Kita mempuyai pijakan Al-Qur'an yang menyebutkan bahwa setiap orang yang sungguh-sungguh mencari jalan, niscaya bakal mendapat petunjuk pada kebaikan yang dicarinya itu (QS 94:6)

Kedua, kemiskinan taqdiry, yaitu kemiskinan yang disengaja diberikan oleh Allah kepada manusia. Kemiskimam tipe ini disebut qadha' mubarram atau mudhthar, yaitu ketentuan Alllah secara langsung tanpa ada usaha manusia. Firman Allah, Katakanlah, "sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah dietapkan oleh Allah bagi kami (QS 9:51)

Kemiskinan macam ini digelar oleh Allah untuk menguji keimanan (kepasrahan) yang bersangkutan. Bagi orang yang pasrah, ujian itu akan berbalik menjadi anugrah. Miskin tipe ini tidak relevan dengan usaha mengentaskan kemiskinan secara totalitas. Yang relevan adalah diberi nasehat supaya sabar dan tawaqal atas pemberian Allah itu. Berikan sedekah kepada mereka. Disinilah tugas orang kaya (mampu) memenuhi ajaran yang mulia, dengan memberi santunan yang konsumtif.

No comments: