Thursday 31 March 2011

Kisah Tragis Dari Mataram: Suami Mengajak Isteri Mati Bersama


“Saya malu dikasih makan terus sama kamu. Kita mati bersama saja ya.”

VIVAnews - Khotimah tergolek lemas di ruang 206 Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. Tangan kirinya dibalut perban akibat luka sayat yang mengenai urat arteri hingga jari telunjuknya. Balutan putih bernoda merah juga membalut punggung dan dada perempuan 35 tahun itu. Ia menjadi korban kekerasan suaminya sendiri, Nuriman.

Peristiwa tragis itu terjadi Selasa, 29 Maret 2011. Setelah salat azar, Khotimah merawat suaminya yang lagi sakit. Dia memberi obat sambil memijat tubuhnya. Saat asyik berbincang, tiba-tiba Nuriman bangkit dari tempat tidur, mengambil pisau, dan mendekati Khotimah.

"Saya sempat curiga karena dia bawa pisau. Dia mengaku pisau itu untuk memotong kabel listrik,” kata Khotimah saat ditemui wartawan VIVAnews, Rabu, 30 Maret 2011.

Tak lama berselang, Nuriman tiba-tiba mengucapkan kata-kata yang mengagetkan Khotimah. “Saya malu dikasih makan terus sama kamu. Kita mati bersama saja ya,” dia menirukan.

Belum sempat mencerna kata-kata itu, Nuriman langsung menghunjamkan pisau itu ke dada Khotimah. Panik Khotimah berusaha menghindar. Pisau menyabet pergelangan tangannya.

Khotimah berusa lari sambil berteriak-teriak minta tolong. Namun, usahanya sia-sia karena pintu kamar berukuran 3 x 3 meter itu terkunci. Melihat istrinya hendak kabur, Nuriman terus memburu dan membacokkan pisau itu ke punggung Khotimah. Perempuan malang itu pun ambruk bersimbah darah. Melihat istrinya sudah tak berdaya, Nuriman langsung menghunjamkan pisau itu ke perutnya sendiri.

Warga yang mendengar suara gaduh dan jerit Khotimah langsung mendobrak pintu kamar. Warga pun melarikan suami istri itu ke Unit Gawat Darurat RSUP NTB. Untuk, dokter berhasil menyelamatkan nyawa mereka.

Khotimah mengatakan peristiwa tragis itu terjadi karena jepitan masalah ekonomi. Selama sakit, suaminya yang bekerja sebagai kernet angkutan kota tidak memperoleh penghasilan sepeser pun. Selama itu, Khotimah yang mengais nafkah sebagai tukang cuci. “Mungkin suami saya tertekan karena desakan ekonomi," katanya.

Meski mengaku masih menyayangi suaminya, Khotimah mengaku trauma dan ketakutan. Dia tidak lagi berani pulang ke rumah, berkumpul bersama suaminya.

Kapolsek Cakranegara Ajun Komisaris Pol. Ferdi Irawan membenarkan peristiwa itu. Polisi masih menyelidiki motif di balik aksi nekat itu. ”Kasusnya sudah kami limpahkan ke Polres. Kami sudah mengamankan barang bukti berupa sebilah pisau dan pakaian keduanya yang berlumuran darah,” kata Ferdi. (Laporan: Edy Gustan, Mataram | kd)
• VIVAnews

1 comment:

Tata Imran said...

Persoalan Ekonomi yang tidak kunjung reda, jumlah manusia yang terhimpit persoalan2 ekonomi terus bertambah. Sementara para wakil rakyat, pejabat dst, seakan tak peduli, korupsi terus berjalan tanpa kendali