![]() |
3,5 juta warga Inggris tidak pernah melihat tetangganya |
Pada liburan Paskah ini saya kedatangan pasangan yang
tinggal di sebelah rumah kami. Kami kenal sudah sejak beberapa lama, namun baru
kali ini mereka datang dan ngobrol di rumah kami sambil minum teh.
Bagi Anda di Indonesia, mungkin akan mengatakan tidak ada
yang istimewa dari kunjungan tetangga ini. Bukankah tetangga harus saling
kenal?
Saya tidak tahu situasi persisnya di negara-negara lain,
tetapi di Inggris, survei menunjukkan 3,5 juta warga mengaku tidak pernah
melihat tetangga, apalagi menemui mereka.
Terungkap juga dalam survei itu, bahwa 1,1 juta warga di
Inggris lebih memilih memanggil polisi, ketika mereka merasa tidak nyaman
dengan tetangga, mungkin karena suara musik yang terlalu keras, atau karena
sebab-sebab lain.
Sepertinya mereka lebih suka polisi yang mengatasi masalah,
daripada menemui dan meminta tetangga untuk mengecilkan suara musik.
Hasil survei ini menjadi salah satu pendukung kesimpulan
bahwa warga di Inggris makin terisolasi.
Para pengamat sosial mengatakan, beberapa dekade lalu
pemandangan tetangga saling bersapa dan mengobrol di pagar kebun belakang
sambil menjemur pakaian adalah sesuatu yang lumrah.
Pertemuan warga
Kini, pemandangan di atas makin sulit ditemui.
Bersosial dengan tetangga dinilai makin jarang dilakukan.
Anggota komunitas yang menggelar perayaan di jalan, biasa
disebut street party, untuk menandai peristiwa tertentu seperti perkawinan
kerajaan, mungkin makin kikuk ketika untuk pertama kalinya saling bertemu dan
bersapa.
Di luar acara street party ini, sebenarnya masih ada semacam
rapat RT di Inggris.
Di tempat saya tinggal misalnya ada acara temu warga yang
digelar beberapa bulan sekali, yang digagas oleh polisi London. Dalam pertemuan
ini antara lain dibahas masalah kebersihan dan keamanan lingkungan.
Kembali ke kegiatan bersosial dengan tetangga. Para pengamat
mengatakan perkembangan ekonomi dan teknologi juga ikut berperan membuat warga
tidak kenal dengan tetangga.
Saat ini misalnya sangat sulit ditemukan kantor pos, apalagi
pompa air bersama di tengah pemukiman warga, yang berarti kesempatan untuk
bertemu dan ngobrol antar warga menjadi sangat kecil.
Ikatan geografis luntur?
Supermarket besar dan kantor pos kini cenderung jauh dari
pemukiman.
Aneka hiburan, baik berupa acara televisi maupun game, kini
tersedia di semua rumah tangga, yang membuat orang lebih suka tinggal di dalam
rumah.
Apakah ini perkembangan yang mengkhawatirkan? Mungkin. Namun
ada juga yang menganggapnya sebagai perkembangan sosial yang tidak bisa
dihindari.
Ada tipe orang yang senang bersosial, ada juga yang tidak,
kata Martin, warga di London utara seperti dikutip koran Independent.
Juga, di era Facebook dan Twitter, warga mungkin tidak kenal
betul tetangga mereka namun terkoneksi dengan ratusan bahkan ribuan orang
melalui internet.
Komunitas tidak hanya diikat oleh faktor geografis, tetapi
juga oleh kerja, dan media sosial di internet.
Tentunya memiliki tetangga yang baik dan ramah patut
disyukuri. Kalau tidak, tentu bukan akhir dari segala-galanya.
Article:
Oleh: Muhammad Susilo
http://www.bbc.co.uk/blogs/indonesia/london/2012/04/kisah-dari-tetangga-sebelah.html
No comments:
Post a Comment