Saturday, 11 December 2010

Mengapa Ummat Islam Mundur? (2)


Masih segar dalam ingatan setiap kaum Muslimin ketika 79 tahun yang lalu atau tepatnya tahun 1930, seorang ulama Islam yang bernama Syeikh Muhammad Basyuni Imran, beliau adalah Mufti Kerajaan Sambas di Kalimantan Barat, pada saat itu beliau berkirim surat kepada pemimpin Majalah Al Manar yang terbit di Mesir, kesimpulan surat itu adalah “Mengapa orang Islam itu mundur sedangkan orang diluar Islam Maju” .

Surat dari ulama tersebut dijawab oleh salah seorang staf redaksi dari majalah di atas yang bernama Muhammad Syakib Arselan.

"Orang Islam itu mundur karena telah meninggalkan pedomannya sendiri yaitu Al Quran sedangkan orang diluar Islam maju karena mereka telah meninggalkan kitabnya yang sudah usang."

Jawaban itu ternyata telah menyentak seluruh kaum muslimin. Dalam setiap benak kaum muslim mungkin tidak merasa meninggalkan Al Quran, karena Al Quran tiap malam dibaca, banyak yang hafal, bahkan tiap dua tahun sekali, khusus di Indonesia - sebagai penduduk terbesar pemeluk Islam - diadakan Musabaqah Talawatil Quran Tingkat Nasional.

Orang Islam memang membaca Al Quran, menghafal Al Quran , tapi jiwa dan isi Al Quran sudah diamalkan oleh orang Amerika, orang Inggris, Prancis, orang Cina, Orang Jepang, orang Korea dsb.
Ketika Muhammad Abduh berkesempatan mengelilingi Erofa dan Amerika, beliau berujar : “Saya melihat Islam itu di barat,sedang orang Islamnya di Timur”

Kalau diperhatikan secara seksama, dalam Al Quran itu tidak ada yang namanya surat shalat, surat puasa atau surat zakat, tapi yang berkenaan dengan besi Allah turunkan surat Al Hadid, sebagaimana firman Allah :’ Dan kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan hebat dan banyak manfaat bagi manusia”. ( Q.s. Al Hadid, 25).

Manusia (umat Islam ) disuruh oleh Allah untuk mengolah dan mengembangkan besi, dari besi itu bisa jadi kapal induk, dari besi bisa jadi tank baja, dari besi bisa jadi kapal terbang , dari besi bisa jadi motor, mobil dan lain lain. Kita tidak berusaha mengamalkan ayat itu, dakwah dan pengajian kita dari dulu tidak pernah berubah, dakwah kita hanya disekitar fiqh membicarakan sunnah dan bid’ah.

Dakwah hanya berkisar antara masalah masalah khilafiyah, hukum penyelenggaraan maulid, isra mi’raj, Talqin mayat, qunut , ushalli, celana ngatung dan pelihara jenggot. Bukankah dalam Al Quran ada surat ad Dzariya yang berbicara tentang bom, nuklir , kapal induk, kapal tempur, atau bukannkah dalam al Quran ada surat An Nahl yang berbicara tentang pengobatan dan kesehatan, bukannkah dalam dalam al Quran ada surat Al Anfal dan surat at Taubat yang memberikan pelajaran untuk mempersiapkan persenjataan untuk menghadapi musuh.

Khusus di Indonesia, banyak penyebab kemunduran Islam. di samping faktor keterbatasan ilmu dan ketrampilan para ulama dan guru-guru juga kaum muslimin Indonesia pernah dijajah oleh Belanda kurang lebih 350 tahun.

Pengaruh penjajahan tersebut sampai saat ini masih membudaya pada ulama dan guru guru kita. Prof.Dr.Christian Snouck Horgronye, yang oleh pemerintah Hindia Belanda ditempatkan di Aceh, banyak memberikan fatwa yang sampai saat ini masih banyak dipakai fatwanya oleh sebahagian ulama ulama di Indonesia.
“Jangan belajar bahasa Inggris, nanti akan susah dalam sakaratil maut, pelajarilah bahasa Arab, karena bahasa Arab adalah bahasa Al Quran, bahasa ahli sorga, dan dikuburpun mayat akan ditanya pakai bahasa Arab , bukan bahasa Inggris".

Fatwa lain yang di keluarkan oleh Dr Vander vlaas “ Dunia itu bangkai, siapa yang cari bangkai adalah anjing.Serahkan saja dunia ini sama orang kafir , orang Islam nanti saja di akhirat, harta dunia tidak akan dibawa mati, kecuali amal kebaikan, seperti shalat, dzikir dan baca Quran.
Ucapan Snouck dan Vander Vlaas tersebut masih jadi pegangan pada sebahagian ulama-ulama Islam dan guru gurunya.

Bukankah Islam itu adalah agama yang memperhatikan dunia dan akhirat, sebagaimana firman Allah : “Dan carilah (pahala ) untuk negri akhirat dengan apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah kepada orang lain , sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi.Sungguh Allah tidak menyukai orang orang yang berbuat kerusakan”. (Q.s. Alqashash,77).

Al Fadhil Syeikh Al Imam Dzuhandi, sungguh sangat luas pandangannya dalam membahas ayat ini, terutama ketika beliau menggaris bawahi kata-kata ” Dan berbuat baiklah kepada orang lain, sebagaiamana Allah telah berbuat baik kepadamu” , ayat ini mengadung arti bahwa oarang Islam harus banyak yang diperbuat untuk kesejahteraan umat manusia, beliau mengatakan seandainya penemu listrik itu orang Islam ia akan mendapat pahala sedekah jariah yang tidak ada putus putusnnya, seandainya yang pertama kali membuat motor atau mobil itu orang Islam, ia akan mendapat pahala yang tiada putus putusnya.

Artinya orang Islam harus membuat sesuatu barang yang kemudian barang itu sangat dibutuhkan oleh orang banyak. Selanjutnya beliau mengatakan dalam Al Quran ada ayat “’I’maluu ‘alaa makaanatikum” dikandung maksud bahwa tiap tiap orang Islam harus memilki keterampilan yang dapat diperbuat oleh tangannya, untuk kepentingan orang banyak dan atau untuk mencari bekal hidupnya.

Saat ini kaum muslimin dalam keadaan lemah baik dari segi ekonomi maupun politik. Keagenan-keagenan barang barang keperluan orang banyak adalah orang Cina, sedangkan produsernya adalah orang orang Amerika dan Erofa, mulai dari sabun, pasta gigi, shampo dan alat alat rumah tangga dan lain sebagainya, hampir seluruhnya, dan Islam Indonesia hanya mampu berpredikat sebagai konsumen, baik konsumen barang, konsumen ilmu pengetahuan dan konsumen informasi.

Ketika Israel membombardir orang-orang Islam di Palestina, dengan senjata-senjata canggih, Ummat Islam tidak bisa berbuat apa-apa kecuali membalasnya dengan "ketapel" dan "doa" karena Orang-orang Palestina tidak bisa membuat senjata sendiri. Alangkah ironisnya bom nuklir hanya dibalas dengan ketepel dan lemparan batu.

dikutip dari : www.bimasislam.com , diedit

No comments: