Berbagi ilmu, berbagi informasi, berbagi pengalaman untuk sebuah kematangan intelektual Indonesia Raya
Wednesday, 10 November 2010
Mengenal Air Force One Presiden Amerika
Mungkin sering kita menduga Air Force One adalah nama pesawat kepresidenan Amerika, padahal bukan. Air Force One adalah nama sandi untuk pesawat milik Angkatan Udara AS (US Air Force) yang dinaiki oleh Presiden Amerika. Jadi semua pesawat milik AS yang misalnya dalam keadaan darurat dinaiki sang presiden, maka namanya menjadi “Air Force One”. Nama sandi ini berfungsi untuk membedakan antara pesawat yang sedang dinaiki Presiden Amerika dengan yang tidak.
Demikian juga ketika Presiden Amerika melakukan perjalanan darat, nama sandinya dikenal dengan “Army One”. Sementara ketika sedang naik Helikopter (milik US Marine), maka nama sandinya adalah “Marine One”.
Pesawat canggih Boeing CV-25, pesawat terbaru yang digunakan sebagai pesawat kepresidenan AS Air Force One, dibangun berbeda dengan pendahulunya. Pesawat gigantis satu ini berhasil melakukan satu hal yang tak pernah bisa dicapai pendahulunya: menjadi Gedung Putih terbang, simbol kedigdayaan AS di udara.
Pesawat VC-25 yang masuk sebagai armada Air Force One tahun 1990 memang bukan pesawat pertama yang dibangun sebagai pesawat khusus kepresidenan. Akan tetapi, AU AS membangun VC-25 dengan pendekatan berbeda.
Bersamaan dengan lahirnya VC-25, paradigma sebuah pesawat kepresidenan turut berubah. Tidak sekadar membuat pesawat VIP, tapi mereka menjadikannya sebagai kantor bergerak. Lebih dari itu, pesawat ini juga menjadi pusat kendali bagi presiden AS saat harus berada jauh dari Gedung Putih.
Dari luar, sekilas tidak ada yang tampak berbeda dari sosok dua VC-25, SAM 28000, dan 29000 yang mengambil basis pesawat komersial Boeing 747-200. Mesin yang digunakan pun sama, 4x General Electric CF6-80C2B 1 turbofan, yang masing-masing menyemburkan daya sebesar 56.700 pon, cukup untuk membawa pesawat melesat pada kecepatan jelajah Mach 0,84-0,9.
Jarak terbangnya juga hampir sama. Sekali isi bahan bakar penuh, pesawat ini bisa terbang sampai 13.000 km dan masih bisa ditambah dengan pengisian bahan bakar di udara berkat bantuan automated aerial refueling (AAR) yang tersimpan di balik tonjolan di hidung pesawat. Akan tetapi, persamaannya berhenti di sini. Di bagian lainnya, pesawat ini bukanlah B747-200. la adalah sebuah pesawat kepresidenan sejati.
Untuk memudahkan dalam membayangkan bagian dalam VC-25, ada baiknya jika kita memulainya secara sistematis.
Layaknya B747, VC-25 memiliki tiga dek atau lantai. Berbeda dengan B747 biasa yang hanya bisa diakses lewat stairway atau garbarata, VC-25 didesain secara mandiri agar bisa beroperasi dari bandara dengan fasilitas minim.
Kunci akses VC-25 tepat terletak pada dua pintu airstair di sisi kiri fuselage. Satu pintu terletak di bawah pintu utama VC-25, dan satu pintu lagi jauh di belakang. Dari sinilah para kru Air Force One memasuki pesawat melalui tangga yang berujung di dek utama.
Tepat di perut pesawat, di belakang pangkal sayap utama sebelah kiri, terdapat pintu kargo yang dilengkapi ban berjalan. Seluruh kargo bisa dinaikkan secara mandiri, bebas dari sentuhan petugas ground handling bandara setempat, untuk meminimalkan adanya penyelundupan barang berbahaya, seperti senjata atau peledak.
Sekarang bayangkan Anda sebagai seorang presiden. Begitu kaki menjejak dek utama, petugas komunikasi akan mengumumkan, "Attention on board the aircraft, the President has arrived, we are now Air Force One". Hanya ketika presiden AS di pesawat, salah satu dari VC-25 yang dinaiki akan menerima callsign Air Force One. Bila tidak, pesawat hanya akan disebut SAM 28000 dan 29000.
Ke mana Anda akan melangkahkan kaki di pesawat dengan luas area 370 meter persegi?
Bila lelah, berbeloklah ke kiri. Bila berjalan sampai di ujung, Anda akan sampai di ruang pribadi presiden. Selain sebuah meja kerja pribadi, terdapat dua sofa panjang yang bisa dikonfigurasi ulang menjadi tempat tidur, berhiaskan Presidential Seal, berlapis wol biru garbadine.
Sayang, kedua sofa tadi tidak bisa disatukan dan tetap terpisah, bahkan saat berubah menjadi tempat tidur sehingga Anda tak bisa tidur bersisian dengan ibu negara.
Tapi jangan khawatir. Untuk menutup jendela pandang, tidak perlu susah menutupnya satu demi satu. Tekan saja tombol di sisi tempat tidur, tirai otomatis akan turun.
Bila perlu menyegarkan diri, tinggal gunakan kamar mandi yang dilengkapi handuk berinisial nama presiden dan juga shaver elektrik. Sesudah itu, buka lemari yang ada di depan pintu kamar mandi, tempat Anda menaruh jas pribadi dan pakaian lainnya.
Tepat di belakang ruang pribadi, terdapat medical room yang biasanya dijaga dokter kepresidenan yang ikut dalam perjalanan.
Fasilitas medisnya sangat lengkap, termasuk mesin sinar-X, lemari obat, dan bahkan meja operasi. Situasi darurat medis seperti penanganan luka tembak atau operasi usus buntu bisa dilakukan di sini. Ada pula mesin treadmill, yang ditambahkan pada era George W Bush.
Kalau Anda memutuskan berbelok ke kanan, yang pertama ditemui adalah satu set kursi kerja berbalut kulit, baru kemudian koridor-koridor yang ada di sisi kiri dan kanan. Di sepanjang koridor terdapat sofa panjang dan sofa individual. Sofa boleh diduduki oleh para pejabat tinggi Gedung Putih yang turut serta, walaupun sebenarnya ini adalah tempat beristirahat para agen US Secret Service.
Lalu, ada apa di belakang lounge dek utama? Kalau Anda tebak ruang rapat, salah total. Berbeda dengan pesawat lain, galley utama Air Force One justru terletak di tengah-tengah dek utama. Di sini, ada dua galley yang dapat menyiapkan makanan hangat untuk 100 orang dengan standar hotel bintang lima. Peralatannya begitu lengkap dengan oven dan kompor fungsional, sampai mesin cuci piring.
Dengan peralatan tersebut, staf bisa menyediakan makanan ringan, seperti kopi dan pastry, sampai burger steak saus mustard-keju welldone seperti pesanan Obama dalam penerbangan perdananya dengan Air Force One. Di galley terdapat daftar makanan dan minuman kesukaan presiden dan pejabat tinggi lainnya.
Sumber: dari berbagai sumber
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment