Monday 20 June 2011

5 Terobosan Ilmiah Terpenting


Manusia merupakan salah satu makhluk hidup paling rapuh. Manusia tidak punya kekuatan seperti semut yang bisa membawa barang berbobot beberapa kali lipat bobotnya, tidak punya telinga setajam anjing, tidak punya
penglihatan setajam kucing, atau kulit sekokoh badak.

Tapi manusia punya satu yang tidak dimiliki hewan: otak. Dengan otak yang berkembang dan kemampuan untuk menggunakannya itulah manusia dapat bertahan hidup. Otak manusia yang menghasilkan berbagai penemuan-penemuan ilmiah. Beberapa penemuan tersebut sangat berguna bagi manusia, bahkan sepertinya manusia sulit hidup tanpa adanya temuan tersebut. Inilah lima di antaranya.

Api
Saat ini belum diketahui siapa yang pertama kali berhasil menggetahui cara membuat, mengendalikan, dan memanfaatkan api sekitar 790.000 tahun yang lalu. Tapi Nira Aplerson-Afil, anggota tim arkeologi Israel yang menemukan bukti paling awal penggunaan api oleh manusia, mengatakan bahwa api merupakan perkembangan penting untuk bertahan hidup.

Manusia-manusia purba menggunakan api untuk melindungi diri dari predator. Selain itu api juga jadi penghangat ketika temperatur turun drastis. Sebagai tambahan, api digunakan untuk memasak daging hewan dan tanaman.

Menurut Aplerson-Afil, api memberi pengaruh dalam penyebaran manusia. "Api memberi kepercayaan diri pada manusia purba sehingga mereka berani meninggalkan lingkungan dan tinggal di lingkungan baru," katanya kepada Science Daily pada tahun 2008.

Pertanian
Jika manusia tidak bertani, hingga saat ini manusia akan masih mengumpulkan makanan dari tumbuhan liar dan memburu hewan, cara primitif yang dilakukan 12.000 tahun yang lalu. Menurut analisis DNA dari beberapa makanan modern, perkembangan pertanian dimulai pada 9.000 hingga 10.000 tahun di daerah barat daya Asia.

Perkembangan bidang pertanian tidak terjadi sesaat, tapi merupakan proses dari beberapa perkembangan ilmiah dan teknis. Contohnya adalah perkembangan teknik irigasi, temuan rotasi tanaman serta pupuk. Perkembangan pertanian secara keseluruhan berlangsung selama ribuan tahun--bahkan mungkin masih berkembang sampai saat ini.

Pemurnian Air
Menurut laporan WHO pada tahun 2005, penyakit yang berkaitan dengan pencemaran air menyebabkan kematian 3,4 juta orang per tahun--jumlah yang lebih banyak dari kombinasi antara perang, terorisme, dan senjata pembunuh massal.

Kondisi tersebut pernah lebih buruk lagi. Selama beberapa abad di masa lampau, kolera membunuh ribuan orang, bahkan di negara-negara maju. Pada tahun 1854, ilmuwan John Snow menemukan bahwa kematian tersebut diakibatkan oleh mikroorganisme yang mencemari air. Ia lalu menganjurkan penggunaan klorin untuk membunuh mikroorganisme tersebut. Hasilnya: jumlah penderita penyakit turun drastis. Sejak saat itu, bahan kimia tambahan serta sistem penyaringan dikembangkan untuk membuat air lebih aman.

Antibiotik
Di akhir tahun 1920, fisikawan Dr. Alexander Fleming mencoba mengembangkan antibakteri. Saat itu, ia mendapati jamur yang mengontaminasi cawannya menghalangi pertumbuhan patogen yang ditelitinya.

Pada tahun 1929, Fleming menerbitkan artikel ilmiah berdasarkan temuannya itu. Salah satu siswanya, Dr. Cecil Paine, mendemonstrasikan efektivitas penisilin, obat yang dibuat dari jamur, melawan bakteri penyebab penyakit.
Sejak temuan itu, penggunaan penisilin dan antibiotik lain berhasil mengurangi kematian dari beberapa penyakit. Di Swedia misalnya, tingkat kematian akibat infeksi saluran kelamin pada anak-anak menurun drastis--dari 1 di antara 1.000 pada tahun 1911 menjadi 1 di antara 100.000 kelahiran pada tahun 1970.

Pengawetan Makanan
Kemampuan mengawetkan makanan membuat seseorang bisa bertahan dari bencana alam atau bencana "buatan" yang mengganggu suplai listrik dan akses terhadap makanan.

Pengalengan ditemukan pada akhir abad ke-18 demi keperluan militer. Jumlah tentara Napoleon menurun akibat kelaparan dan kekurangan nutrisi. Pemerintah Prancis kemudian mengeluarkan sayembara: barangsiapa berhasil menemukan metode untuk menyediakan makanan bagi tentara akan memperoleh hadiah 12,000 franc.

Seorang koki pembuat permen dan bir asal Paris bernama Nicholas Apper punya ide untuk memasukkan makanan ke dalam botol yang disumbat gabus. Kemudian merebus botol itu dalam air hangat untuk mengeluarkan udara di dalam. Apper yakin udaralah penyebab membusuknya makanan.

Tentara Prancis menggunakan ide Appert untuk daging unggas, sayur, saus, dan beberapa makanan lain. Para tentara melaporkan, setelah empat bulan, makanan masih layak. (Sumber: howstuffworks)

Mata-mata di Bawah Kulit

Zhong Lin Wang, ilmuwan keturunan China dari Georgia Tech University, berhasil menciptakan sebuah perangkat alat pelacak yang bisa ditanam di bawah kulit dan tanpa baterai.

Perangkat ini terdiri dari nanogenerator yang membangkitkan listrik, kapasitor untuk menyimpan energi sementara, serta pemancar serupa Bluetooth. Dengan teknologinya, alat ini bisa dipakai untuk melacak orang yang berjarak berkilo-kilometer.

Dengan nanogenerator yang dimiliki, alat ini bisa digunakan tanpa baterai. Energi perangkat ini bisa didapatkan ketika seseorang bergerak, bahkan dari getaran pembuluh darah. Prinsipnya, alat akan tetap berguna selama pengguna masih hidup.

Dalam artikelnya di jurnal Nano Letters, Wang bahkan mengatakan, "Sangat mungkin untuk menghidupkan alat ini dengan mengais energi yang ada di sekitarnya, seperti aliran angin, getaran, gelombang sonik, matahari, energi kimia, maupun panas."

Lalu, apa aplikasinya? Sederet kemungkinan diungkapkan. Mulai sebagai pelacak pasien rumah sakit yang sedang dalam penanganan hingga memata-matai penjahat.

Yang pasti, tak jauh dari urusan mendeteksi keberadaan seseorang. Inovasi ini didasari oleh penemuan nanogenerator oleh Wang dan timnya awal tahun ini. "Pengembangan ini menandakan kemajuan dalan pengembangan perangkat elektronik yang bisa bekerja dengan energi dari gerak tubuh, tanpa perlu baterai atau listrik dari luar," kata Wang. (Yunanto Wiji Utomo)

Merkurius Mengejutkan

Pesawat NASA yang mengelilingi Merkurius mengirimkan foto-foto yang mengungkapkan beberapa kejutan mengenai planet terkecil di Tata Surya tersebut.

Menurut ilmuwan Messenger Brett Denevi foto-foto yang dikirim pesawat Messenger membuat ilmuwan bisa melihat Merkurius secara penuh untuk pertama kali. "Mengagumkan, ada dataran vulkanik seluas 4 juta kilometer persegi," katanya. Luas itu nyaris separuh luas Amerika Serikat. Para peneliti memastikan bahwa aktivitas vulkanik yang membentuk lapisan kerak dan permukaan Merkurius.

Hasil pengukuran spektrometer menunjukan level sulfur yang sangat tinggi pada permukaan Merkurius. "Petunjuk ini membantu memahami pembentukan Merkurius," jelas peneliti.

(Baca: Ada Air di Merkurius)

Tentang kemungkinan adanya air di Merkurius--permukaan Merkurius memiliki temperatur rata-rata 450 derajat Celcius--hasil pemindaian pesawat Messenger belum dapat memastikan. Data yang diperoleh pesawat mengindikasikan ada beberapa kawah di kutub yang sangat dalam sehingga bagian dasarnya selalu tertutup bayangan. "Tunggu saja. Uji ilmiah tentang teori itu menggunakan data Messenger segera dilakukan," kata Sean Solomon, pemimpin penyelidikan Messenger.

Messenger juga mendapati bahwa medan magnet Merkurius tidak simetris dengan garis medan manget yang berada sangat utara dibandingkan dengan garis khatulistiwa planet.

Wednesday 8 June 2011

Surat Terbuka Mualaf Jennifer Jeffries Tentang Makna Menjadi Muslim


Jennifer Jeffries adalah seorang dokter. Dia memutuskan menjadi Muslim di usia dewasa. Berikut ini surat terbukanya seperti yang dimuat di situs being.publicradio.org:

Saya adalah Muslim yang kembali; bersyahadat, masuk Islam. Saya kini tinggal di New Hampshire, sebuah kota dengan 99 persen berkulit putih, seperti saya. Sebagian besar adalah Protestan.

Masa kecil saya dihabiskan di Manchester, yang dulu kental dengan tradisi Katolik. Namun seiring waktu, kota ini menjadi kota multietnis dan agama; tak hanya Katolik, tapi juga Ortodoks, Kristen Protestan dari semua denominasi, Muslim, Yahudi, juga Budha.
Orang-orang pergi ke masjid di hari Jumat. Mereka datang dari Bosnia, Sudan, Somalia, Irak, Pakistan, Indonesia, India, Suriah, dan negara-negara lain. Saya melihat dua "versi" Muslim; mereka yang tertutup rapat, bahkan dengan cadar, dan Muslim yang masih minum dan merokok.
Sebagai seorang mualaf, pengalaman saya diwarnai oleh kehidupan saya sendiri sebagai seorang wanita terpelajar dari kota kecil di New England - dan dengan perjalanan rohani saya sendiri yang dimulai dari Protestantisme.

Menjadi Muslim berarti bagi saya mencari sebuah kedamaian batin melalui penerimaan struktural yang lembut dan konsisten bahwa saya kembali kepada Allah, fokus yang lebih besar dari keberadaan saya. Memakai jilbab mengingatkan saya untuk mempertimbangkan tindakan saya dari perspektif Islam; memuji Tuhan sepanjang hari mengingatkan saya untuk berpikir tentang banyak hadiah saya terima, termasuk karunia pelajaran, bahkan ketika mereka mungkin memiliki aspek-aspek yang tidak menyenangkan pada saat itu.

Sebagai seorang mualaf, saya datang pada Islam secara intens dan sengaja, mencerna tidak seperti yang saya mencerna Kristen sebagai seorang anak, tetapi lebih sebagai orang dewasa. Mempertanyakan dan merenungkan rincian dan implikasi yang tidak jelas bagi saya dalam pengalaman masa kecil saya; Allah. Sebagai seorang mualaf, menjadi Muslim berarti terus-menerus belajar dan bertanya: apa yang harus saya percaya? Apa yang Islam percaya? Apa yang Muslim percaya?

Menjadi Muslim, adalah perjalanan batin yang dahsyat bagi saya. Suara azan, kini terdengar bagaikan himne yang indah bagi saya. Berdiri di shaf perempuan untuk shalat berjamaah sungguh membuat merasa sama dan indah. Meluangkan waktu sepanjang hari untuk berhenti dan berpikir tentang Tuhan sebanyak lima kali memberi saya perspektif tentang betapa relatifnya kesulitan pekerjaan saya. Menghafal ayat Alquran dan mengulangnya kembali dalam salat memungkinkan saya untuk memikirkan kembali prinsip-prinsip agama dasar, dan bagaimana menerapkannya dalam hidup saya sekarang. Berdiri tegak, membungkuk, membungkuk rendah mengingatkan saya pada salam yang saya pelajari dalam yoga. Namun sungguh indah ketika menggunakan tubuh saya untuk memuji Tuhan, mengisi pengalaman saya sebagai bagian dari dunia Tuhan.

Saya juga menjadi lebih menghargai kehidupan. Menuju peternakan, mengambil domba dan menyembelihnya secara halal, mengingatkan saya pada berharganya hidup dan karunia ang memungkinkan daging untuk tiba di meja makan saya. Saya menyadari di bulan Ramadan bahwa saya bisa menghindari makanan dan minuman dari fajar sampai senja. Hal ini mengingatkan saya pada penderitaan orang lain, dan pentingnya mengendalikan tanggapan pribadi saya sendiri atas aneka kesulitan saya.

Dalam masyarakat multikultural, saya telah memiliki banyak pertanyaan tentang apa budaya dan agama yang berbeda. Juga aneka pendapat yang berbeda.
Feminisme di AS telah membuat menjadi dokter menjadi lebih mudah bagi saya daripada untuk ibu saya 30 tahun sebelumnya.

Aku melihat feminisme dengan sudut pandang yang sangat berbeda dalam perspektif Islam.
Islam mencatat bahwa suami dan istri adalah bagian yang sama. Jenis kelamin melengkapi satu sama lain, tidak meniru atau bersaing satu sama lain. Islam mendudukkan laki-laki dan perempuan dengan hak dan kewajiban yang sepadan.

Saya berharap banyak pada komunitas Muslim untuk tidak melihat dunia luar sebagai ancaman, untuk tidak melihat dirinya sebagai lebih dari korban, untuk melihat komunitas yang lebih besar sebagai saudara, bukan saingan. Saya berharap kita akan bekerja untuk memahami perspektif satu sama lain, dan memahami bagaimana perspektif kita sendiri berdampak pada orang lain. Saya meyakinkan untuk melihat kelompok-kelompok antar agama dalam komunitas saya berkumpul untuk belajar lebih banyak tentang satu sama lain, dan mengeksplorasi persamaan dan perbedaan kita bersama-sama. Saya harap saya komunitas Muslim adalah merasa menjadi bagian dari masyarakat yang prural.

Redaktur: Siwi Tri Puji B
Sumber: being.publicradio.org: